JAKARTA – Seorang siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) di Bengkulu, berinisial MS, dikeluarkan dari sekolah karena dianggap menghina Palestina di media sosial TikTok dengan kata-kata yang tidak pantas.
Ketua Bidang Lingkungan Hidup DPP Pemuda Perindo Roberto Sergios mengaku prihatin dengan kondisi yang harus dihadapi siswi SMA tersebut sekaligus prihatin dengan mental kaum muda saat ini yang tidak bergitu memperhatikan etika dan moral yang baik dalam menggunakan media sosial.
“Di era digital saat ini sangatlah mudah membuat konten yang bisa viral di sosial media. Sayangnya apa yang terjadi dengan remaja asal Bengkulu yang dikeluarkan dari sekolah karena menghina Palestina sangat memperihatinkan. Postingan di media sosial itu justru berbanding terbalik dengan kondisi sosial masyarakat Indonesia yang sangat mengecam agresi militer Israel. Bayangkan ratusan warga Palestina tewas dalam tragedi kemanusiaan ini, lalu muncul konten seperti itu,” ujar Sergios.
Meski demikian, Sergios justru meminta pihak sekolah dan orang tua ikut bertanggungjawab dalam kasus ini, karena masalah mental anak-anak pelajar masih merupakan tanggungjawab sekolah dan orang tua.
“Mencari popularitas di jagat maya dengan hal-hal yang tidak terpuji cerminan pelajar mengalami masalah etika dan moral seperti yang telah diajarkan sekolah. Ini artinya masalah ini adalah juga tanggungjawab pihak sekolah dalam pelaksnaan pendidikan mental dan karakter siswa. Selain itu orang tua adalah pihak pertama yang mesti bertanggungjawab di sini. Sebab sejak dari rumah, sikap mental, moral dan etika, itu sudah seharusnya ditanamkan pada anak-anak remaja ini,” kata Sergios.
Sergios juga menambahkan, pentingnya filterisasi dan pengawasan orang tua terhadap apa yang dilakukan anak-anak dalam bersosial media. Orang tua perlu selalu memantau postingan anaknya serta mengedukasi mana yang pantas atau tidak pantas untuk dipublikasikan.
Sergios mengajak kaum muda termasuk remaja untuk mengembangkan konten-konten digital yang menarik dan bermanfaat bagi masyarakat, dan menghindari konten yang merugikan diri sendiri dan keluarga.
“Saya mengajak kaum milenial untuk membuat konten-konten yang menarik, keren dan tidak vulgar, misalnya membuat tutorial-tutorial hebat yang bisa bermanfaat bagi followers. Tinggalkan narsisme yanng kebablasan karena justru akan merugikan diri sendiri dan keluarga,” kata Sergios.
Sergios juga meminta pihak sekolah dan orang tua agar tidak tergesah-gesah mengambil tindakan mengeluarkan MS dari sekolahnya namun lebih baik memberikan pembinaan bagi pelajar tersebut.